MASJID PINCURAN GADANG MATUR

Letak

Masjid Pincuran Gadang berada di Nagari Matua Hilir Kecamatan Matur Kabupaten Agam. Jarak dari Kota Bukittinggi sekitar 21 Km. Lokasi masjid berada pada sebuah lembah dengan dikelilingi oleh perbukitan serta persawahan dan perkebunan penduduk. Di sekeliling masjid tidak banyak rumah penduduk sehingga terkesan masjid ini jauh dari perkampungan penduduk.


Masjid Tuo Pincuran Gadang
Di sekitar masjid juga terdapat sumber mata air yang sangat jernih sehingga bisa diminum langsung. Dari sumber air langsung masuk ke kolam serta dialirkan pada pencuran tempat penduduk mandi. Karena sumber airnya besar maka pincurannya juga besar maka karena itu dinamakan pincuran gadang. Pincuran yang ada juga berjumlah tujuh buah. Dari kolam tersebut kemudian dialirkan ke sungai dan irigasi untuk persawahan. Dahulunya di samping kolam tersebut terdapat kincir yang digerakkan dari air yang berasal dari mata air. Kincir tersebut berfungsi untuk mengupas padi menjadi beras. Namun sekarang ini sudah tidak berfungsi lagi, tapi bekas kincir tersebut masih ada terlihat sekarang.


Sumber Mata Air Pincuran Gadang

Air yang jernih dan belum pernah kering


Kolam pincuran gadang biasa digunakan untuk berenang


Pincuran tempat mandi wanita

Tahun Pembangunan
Berdasarkan catatan Pemerintah Kabupaten Agam, masjid ini dibangun pada sekitar tahun 1885 oleh Tuanku Alam Putiah, seorang ulama yang memasyarakatkan agama Islam di daerah Matur. Balai Pelestarian Peninggalan Pur­bakala Batu Sangkar, yang membawahi Sumbar, Riau, dan Kepulauan Riau telah menetapkan Masjid Pincuran Gadang sebagai Situs Cagar Budaya.


Tanda situs cagar budaya

Arsitektur

Bangunan masjid saat ini kondisinya relatif masih baik walaupun terkesan kurang terpelihara. Dinding terbuat dari pasangan batu kali dan batu bata dari pasir. Atapnya berupa seng dengan bentuk atap bertingkat khas atau berbentuk tumpeng yaitu atap bersusun tiga dengan bentuk semakin ke atas semakin kecil. Bentuk atap ini menyerupai masjid-mesjid tua di Pulau Jawa yang terpengaruh dengan bentuk bangunan budha atau hindu yang lebih dahulu masuk ke Indonesia. Dahulunya atapnya terbuat dari ijuk.

Tiang-tiang masjid terbuat dari kayu yang berasal dari hutan sekitar. Bangunan utama ditopang oleh 9 tiang dari bahan kayu yang posisinya secara persegi konsentris dengan sebuah tiang di tengah.

Bagian depan yang berfungsi sebagai mihrab atau tempat imam dilengkapi dengan bangunan berukuran sekitar 7 x 4 m. Bentuk bangunan yaitu segi delapan. Bentuk atap berupa kubah ciri khas mesjid timur tengah. Sebelum atap kubah dikelilingi oleh jendela-jendela kaca sehingga cahaya dan udara bebas masuk ke dalam masjid.


Bentuk atap bertingkat tiga dan mihrab dengan atap berbentuk kubah

Yang unik unik dari Masjid Pancuran Gadang adalah pada bagian luar terdapat bangunan menara yang berada di pintu masuk kompleks masjid berupa bangunan bata berspesi tanpa atap, berbentuk persegi delapan dengan tinggi 3,5 m dan keliling lingkaran 4 m. Pintu masuk berada di barat laut menghadap ke mesjid. Pada bagian atas pintu terdapat tulisan Arab dalam bidang setengah lingkaran. Menara ini dahulunya berfungsi untuk tempat azan. Keberadaan bangunan menara ini hampir sama dengan yang ada pada Masjid Agung Banten. Keberadaan Menara ini bukanlah tradisi masjid-masjid yang ada di Indonesia.

Bangunan manara

Puncak manara

Bangunan Masjid Pincuran Gadang dikelilingi oleh pagar tembok setinggi 0,5 m, panjang 28 m, dan lebar 26 m. Pintu masuk ke kompleks masjid berada di sisi selatan. Serambi depan berukuran 5,25 x 5 m.

Subhanallah Walhamdulillah Walailahaillallah Wallahuakbar
astaghfirullah hal adzim
Maha suci bagi Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada satu Tuhan pun yang disembah kecuali Allah, dan Allah maha besar.
Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung

September 2016

Lihat :
3. Masjid Qiblaten

Komentar