MASJID NABAWI DAN KOTA MADINAH

Kota Madinah sebelumnya bernama Yasrib, yang terkenal dengan pusat perdagangan. Nama Yasrib diganti menjadi Madinah setelah Nabi Muhammad Saw, hijrah dari Mekah ke Madinah. Kota Madinah menjadi pusat dakwah beliau dan perkembangan Islam. Di samping itu juga sebagai pusat pendidikan Islam.

Setelah Nabi Muhammad Saw meninggal, Kota Madinah menjadi pusat kekhalifahan sebagai penerus dakwah dan perkembangan Islam. Terdapat tiga khalifah yang meneruskan perjuangan Nabi Muhammad Saw di Madinah yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Usman bin Affan. Sekarang ini Kota Madinah di bawah pemerintahan Kerajaan Arab Saudi.

Di halaman masjid Nabawi

Suasana Kota Madinah

Alahamdulillah kami diberi kesempatan untuk mengunjungi Museum Madinah. Di Museum Media Madinah menyimpan sejumlah maket sejarah Nabi Muhammad SAW. Museum ini pun dapat membuat pengunjung membayangkan bagaimana sejarah saat Rasulullah berdakwah.

Museum Masjid Madinah

Museum Masjid Madinah

Di museum terlihat sejumlah maket seperti tiga maket Masjid Nabawi dari bentuk awal, perubahan bentuk saat ada perintah mengubah kiblat, dan bentuk perluasan masjid pada masa Rasulullah.Seorang syekh menerangkan pada kami, yang diterjemahkan oleh pembimbing kedalam Bahasa Indonesia.
Sejarah berdirinya Masjid Nabawi cukup unik, yaitu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam masuk Madinah, kaum Ansar mengelu-elukan beliau serta menawarkan rumah untuk beliau beristirahat. Namun RasulullahShallallahu ‘alaihi wassallam menjawab dengan bijaksana : “Biarkanlah unta ini jalan, karena ia diperintahkan Allah. Setelah sampai di tanah milik kedua anak yatim bernama Sahal dan Suhai, keduanya anak Amr bin Amarah di bawah asuhan Mu’adz bin Atrah, unta tersebut berhenti, kemudian beliau dipersilahkan oleh Abu Ayub Al Ansari, tinggal di rumahnya. Setelah beberapa bulan di rumah Abu Ayub Al Ansari, Nabi mendirikan masjid di atas sebidang tanah yang sebagian milik As’ad bin Zurrah, sebagian milik kedua anak yatim (Sahal dan Suhai), dan sebagian lagi tanah kuburan Musyrikin yang telah rusak.Tanah kepunyaan kedua anak yatim tadi dibeli dengan harga sepuluh dinar yang dibayar oleh Abu Bakar Ra. Sedang tanah kuburan dan milik As’ad Bin Zurrah diserahkan sebagai wakaf.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam yang meletakkan batu pertama pendirian masjid, diikuti oleh sahabat-sahabat Nabi, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Kemudian pengerjaan masjid dilakukan dengan gotong royong sampai selesai.
Pada waktu itu keadaan masjid masih sangat sederhana sekali tanpa hiasan, tanpa tikar dan untuk penerangan waktu malam hari digunakan pelepah kurma kering yang dibakar. Pagarnya dari batu tanah, tiang-tiangnya dari batang kurma, sedangkan atapnya pelepah daun kurma. Waktu itu arah kiblatnya Baitul Maqdis di Yerusalem, karena perintah menghadap Ka’bah belum turun. Luas masjid sekitar 30 x 35 m. Di sisi masjid dibangun tempat kediaman Nabi dan Keluarganya yang kemudian mejadi tempat pemakamannya.
Dalam perkembangannya, Masjid Nabawi mengalami beberapa kali perombakan. Perubahan pertama adalah membangun mihrab setelah memindahkan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram di Mekah Tahun 2 H setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam menerima perintah memindahkan arah kiblat. Setelah itu, dilakukan beberapa kali perluasan masjid untuk dapat menampung jamaah yang semakin bertambah besar.

Luas masjid saat ini mencapai 165.000 m² serta dapat menampung sekitar satu juta jemaah pada satu kesempatan. Renovasi terakhir dilakukan oleh Raja Fahd yang menambahkan AC serta memperindah masjid dengan 27 kubah yang dapat digeser dan kubah berbentuk payung yang bisa dibuka tutup. Keindahan ini juga dilengkapi dengan hamparan marmer putih di pelataran masjid yang selalu dingin meski terik matahari terus menyengat.

Masjid Nabawi memiliki 10 menara, 6 di antaranya setinggi 99 m, serta 24 kubah. Terdapat 5 mihrab dan beberapa tiang yang konon memiliki sejarah masing-masing. Selain itu, masjid ini dilengkapi dengan tempat parkir bawah tanah yang mampu menampung sekitar 4.400 kendaraan.

Data perkembangan masjid Nabawi mulai dari zaman rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam adalah sebagai berikut:
  1. Luas masjid waktu dibangun oleh Rasulullah adalah 2.475 m²,
  2. Tambahan pada masa Khalifah Umar bin Khattaab 1.100 m²,
  3. Tambahan pada masa Khalifah Usman bin Affan 496 m²,
  4. Tambahan pada masa Khalifah Walid bin Abdul Malik 2.369 m²,
  5. Tambahan pada masa Khalifah Abbas Al Mahdi 2.450 m²,
  6. Tambahan pada masa Malik Al Qait Bey 120 m²,
  7. Tambahan pada masa Khalifah Sultan Abdul Majid Al Usmani 1.293 m²,
  8. Tambahan pada masa Raja Faisal 600 m². Pada saat Raja Fahd melaksanakan perluasan, Masjid Nabawi tersebut luasnya masih 82.000 m² kemudian diperlebar menjadi165.000 m².
Shalat Berjemaah di Masjid Nabawi

“Shalat di Masjidku (Masjid Nabawi Madinah) lebih baik daripada 1000 kali shalat di tempat lainnya kecuali Masjidil Haram” (HR. Nukhari, Muslim, At Tirmidzi)
Shalat Arba’in yaitu shalat berjamaah sebanyak 40 kali berturu-turut di Masjid Nabawi Madinah dan tidak boleh tertinggal takbiratur ihram. Menurut hadis keutamaannnya sangat banyak, yaitu:
“Barang siapa shalat di masjidku empat puluh shalat tanpa ketinggalan sekalipun, dicatatkan baginya kebebasan dari neraka, keselamatan dari siksaan dan ia bebas dari kemunafikan.”

Dari literatur yang saya baca, sebagian ulama menyampaikan bahwa hadis tersebut lemah. Namun demikian terdapat pesan moral dan hikmah yang dapat kita petik yaitu kembali membiasakan shalat istiqamah tepat waktu.

Satu hal yang saya ingat ketika berada di masjid Nabawi yaitu setiap selesai sholat fardu selalu dilanjutkan dengan sholat mayit. Oleh karena itu untuk yang belum menguasai tata cara dan doa sholat mayit, sebelum berangkat sebaiknya dipelajari terlebih dahulu supaya ibadahnya akan lebih lengkap.

Ada beberapa pengalaman menarik selama berada di Masjid Nabawi. Yang pertama yaitu seorang arab memperbaiki cara berwudu yang saya lakukan. Orang arab tersebut berbahasa Inggris yang mengatakan wudhu yang saya lakukan tidak sempurna dan terburu-buru.

Pengalaman kedua yaitu ketika saya lagi membaca Al Quran, seorang arab yang berada di samping mengingatkan saya tentang hukum memakai emas. Kebetulan saat itu saya menggunakan cincin kawin yang terbuat dari emas. Begitulah persaudaraan sesama muslim yang selalu saling nasehati walaupun tidak saling kenal, berbeda bangsa, bahasa dan budaya.

Alhamdulillah, kami dapat melaksanakan sholat berjemaah lima waktu, memanjatkan doa, berzikir dan bermunajat di Masjid Nabawi selama di Madinah.
Salah satu doa yang dikabulkan oleh Allah SWT yaitu sehat selama menjalankan ibadah haji. Waktu pertama mendarat di Madinah, badan terasa sudah tidak sehat. Orang-orang yang melihat juga sudah khawatir. Habis sholat subuh pertama kali di Masjid Nabawi, saya berdoa, “Ya Allah, berilah saya kesehatan selama menjalankan ibadah haji, dan jadikan aku bisa minikmati semua masakan yang ada sehingga fisik tetap sehat”. Alhamdulillah, doaku terkabul selama menjalankan ibadah tetap sehat dan semua masakan terasa enak.....


Komentar